Sumber: Sastranesia Pers

Sastranesia Pers, 19 Desember 2024 – Pertunjukan drama berjudul Jojak di Bagas Naramun, Angkatan 2022 Program Studi Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan sukses digelar. Jojak di Bagas Naramun yang berarti “Meninggalkan Jejak” mengangkat kisah horor dari masyarakat Batak Toba. Drama ini diproduksi oleh Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Ibu Hera Chairunisa, S.Sos., M.Si., bersama Bapak Tomi Arianto, S.S., M.A., berhasil memukau penonton dalam sebuah acara yang penuh makna. Drama ini disutradarai oleh Wira Bahri Winalda, S.Sn., yang dengan cemerlang menghidupkan setiap elemen cerita, menyajikan pengalaman emosional yang mendalam bagi audiens.

Acara ini berlangsung di ruang auditorium Universitas Negeri Medan ini dihadiri oleh beragam kalangan, mulai dari dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, sastrawan nasional, jurnalis pers, hingga mahasiswa dan masyarakat umum.

Pertunjukan ini mendapatkan sambutan hangat dari penonton yang mengapresiasi kekuatan cerita dan suasana magis yang dibangun selama pertunjukan. Dengan latar belakang budaya Batak Toba yang kental, drama ini berhasil memberikan pengalaman emosional yang mendalam bagi mereka yang hadir.

Sumber: Sastranesia Pers

Tunggul Manalau, Ketua Pelaksana acara ini, menjelaskan bahwa tema yang dipilih memiliki makna yang mendalam. “Meninggalkan Jejak dipilih untuk menggambarkan bagaimana setiap manusia yang hidup pasti meninggalkan jejak dalam perjalanan hidupnya, entah itu dalam kenangan, atau bahkan dalam bentuk yang lebih mistis. Kami memilih tema ini karena setiap manusia hidup lalu mati dan meninggalkan jejak. Jejak ini bisa berbentuk kenangan, cerita, bahkan energi yang tetap ada meski mereka telah tiada,” ungkap Tunggul.”

Selain itu, pemilihan waktu pertunjukan yang berlangsung pada sore hari, dengan suasana yang sedikit kelam, bertujuan untuk menambah kesan horor pada cerita. “Kami ingin menghadirkan suasana yang lebih mendalam dan misterius, sesuai dengan tema horor yang kami angkat. Suasana sore hari memberi nuansa yang lebih intens dan menambah kesan mistis yang kami harapkan bisa dirasakan oleh penonton,” lanjut Tunggul.

Tunggul Manalau menyampaikan, “Proses latihan yang intensif selama dua bulan ini sangat penting untuk memastikan kualitas pertunjukan yang maksimal. Kami ingin memastikan bahwa pesan dari cerita ini dapat tersampaikan dengan baik kepada penonton.”

“Drama ini sangat menyentuh dan menegangkan. Saya tidak hanya terkesan dengan cerita yang diangkat, tetapi juga dengan penampilan para aktor yang mampu menghidupkan suasana horor dengan sangat baik,” kata salah seorang penonton yang hadir.

Para penonton pun terkesan dengan kualitas pertunjukan yang tak hanya menampilkan kemampuan akting yang luar biasa, tetapi juga menggali makna mendalam dari cerita yang diangkat. Drama ini menjadi sebuah penghormatan terhadap sastra Indonesia dan budaya lokal, serta menjadi bukti kontribusi nyata dari Prodi Sastra Indonesia dalam memajukan seni pertunjukan di Indonesia.

Sumber: Sastranesia Pers




Reporter: Putri Dhea Sapitri
Editor: Kanaya Azzahra